Senin, 18 April 2011

engertian dan Ruang Lingkup Filsafat Manusia

Filsafat manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan hakekat atau esensi dari manusia. Filsafat manusia sering juga disebut sebagai antropologi filosofis. Filsafat manusia memiliki kedudukan yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, epistemologi, kosmologi, dan filsafat politik. Akan tetapi filsafat manusia juga memiliki kedudukan yang istimewa, karena semua persoalan filsafat itu berawal dan berakhir tentang pertanyaan mengenai esensi dari manusia, yang merupakan tema utama refleksi filsafat manusia.

Mirip dengan psikologi, sosiologi, dan antropologi, filsafat manusia juga ingin memahami manusia dan gejala-gejalanya. Dapatlah dikatakan bahwa obyek material keempat displin adalah sama, yakni manusia yang mengekspresikan dirinya di dalam dunia. Akan tetapi metode pendekatan yang digunakan sangatlah berbeda. Secara umum, psikologi, sosiologi, dan antropologi menggunakan metode yang berfokus pada fakta-fakta empiris yang bisa diukur. Fakta-fakta itu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode eksperimental. Di sisi lain, filsafat manusia tidak membatasi diri pada fakta-fakta empiris semata. Yang menjadi kajian dari filsafat manusia adalah segala sesuatu mengenai manusia, sejauh bisa dipikirkan secara rasional. Dimensi metafisis, spiritual, dan universal dari manusia, yang tidak bisa didekati secara empiris, justru menjadi kajian terpenting filsafat manusia.
Ilmu-ilmu lain tentang manusia terbatas pada apa yang tampak secara empiris. Aspek-aspek manusia yang bermakna, namun tak tampak secara empiris, tidak mendapat tempat di dalam analisis ilmu-ilmu empiris. Akibatnya, banyak pertanyaan terkait dengan esensi manusia yang tidak akan bisa dijawab oleh ilmu-ilmu manusia yang bersifat empiris tersebut, seperti apakah esensi dari manusia? Siapa itu manusia, dan bagaimana kedudukannya di alam semesta ini? Apa yang menjadi makna dari hidup manusia? Apa tujuan hidup manusia? Apa yang harus dilakukan manusia untuk menjaga dan mengembangkan kehidupan diri dan dunianya? Masih banyak pertanyaan lainnya yang tidak disentuh oleh psikologi, antropologi, ataupun sosiologi.
Ciri Filsafat Manusia
Ciri utama dari filsafat manusia adalah pendekatannya yang sekaligus meluas dan mendalam di dalam memahami manusia. Disebut mendalam, karena filsafat hendak mencari inti, akar, atau struktur dasar yang melandasi seluruh realitas manusia, baik yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, ataupun yang ada di dalam data-data ilmiah. Disebut meluas, karena filsafat manusia hendak memahami semua dimensi manusia dari sisinya yang paling mendasar, seperti manusia sebagai mahluk yang memiliki motivasi, kesadaran, kebebasan, agresi, dan sebagainya.
Manfaat Mempelajari Filsafat Manusia
Filsafat manusia menawarkan suatu bentuk pengetahuan yang luas, dalam, dan kritis tentang keseluruhan manusia. Pengetahuan semacam itu sekaligus memiliki manfaat teoritis dan praktis. Secara praktis, filsafat manusia mampu membantu kita membuat keputusan-keputusan praktis di dalam kehidupan sehari-hari dengan berbekal pengetahuan yang kita miliki tentang diri kita sendiri. Filsafat manusia juga dapat membantu memberikan makna pada apa yang tengah kita alami, menentukan tujuan hidup, dan sebagainya. Secara teoritis, filsafat manusia dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan. Filsafat manusia, pada akhirnya, dapat membuat kita semakin menyadari, betapa manusia adalah mahluk yang sangat rumit. Manusia adalah suatu enigma yang tak mungkin sepenuhnya bisa dipahami, bahkan oleh dirinya sendiri.
Metode Filsafat Manusia
Filsafat manusia tidak mau memberikan fakta-fakta baru tentang manusia, melainkan berusaha mencari pengetahuan yang lebih mendalam dari data-data yang telah banyak diketahui sebelumnya. Oleh karena itu, filsafat manusia lebih bersifat refleksif, yakni melihat diri sendiri dan melakukan olah pikir untuk mendapatkan pengetahuanya tentangnya. Filsafat manusia juga berkembang dengan metode dialektis, yakni melalui proses pengajuan jawaban dan pertanyaan, yang kemudian intensitas dan tingkat refleksinya terus berkembang.
sumber : Tim Dosen UPT-MKU Unika Widya Mandala, Diktat Filsafat Manusia, Surabaya, tidak dipublikasikan. Diktat kuliah kumpulan tim dosen MKU ini juga banyak mengacu pada catatan kuliah yang dibuat oleh A. Sudiarja di Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Senin, 18 April 2011

engertian dan Ruang Lingkup Filsafat Manusia

Filsafat manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan hakekat atau esensi dari manusia. Filsafat manusia sering juga disebut sebagai antropologi filosofis. Filsafat manusia memiliki kedudukan yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, epistemologi, kosmologi, dan filsafat politik. Akan tetapi filsafat manusia juga memiliki kedudukan yang istimewa, karena semua persoalan filsafat itu berawal dan berakhir tentang pertanyaan mengenai esensi dari manusia, yang merupakan tema utama refleksi filsafat manusia.
Mirip dengan psikologi, sosiologi, dan antropologi, filsafat manusia juga ingin memahami manusia dan gejala-gejalanya. Dapatlah dikatakan bahwa obyek material keempat displin adalah sama, yakni manusia yang mengekspresikan dirinya di dalam dunia. Akan tetapi metode pendekatan yang digunakan sangatlah berbeda. Secara umum, psikologi, sosiologi, dan antropologi menggunakan metode yang berfokus pada fakta-fakta empiris yang bisa diukur. Fakta-fakta itu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode eksperimental. Di sisi lain, filsafat manusia tidak membatasi diri pada fakta-fakta empiris semata. Yang menjadi kajian dari filsafat manusia adalah segala sesuatu mengenai manusia, sejauh bisa dipikirkan secara rasional. Dimensi metafisis, spiritual, dan universal dari manusia, yang tidak bisa didekati secara empiris, justru menjadi kajian terpenting filsafat manusia.
Ilmu-ilmu lain tentang manusia terbatas pada apa yang tampak secara empiris. Aspek-aspek manusia yang bermakna, namun tak tampak secara empiris, tidak mendapat tempat di dalam analisis ilmu-ilmu empiris. Akibatnya, banyak pertanyaan terkait dengan esensi manusia yang tidak akan bisa dijawab oleh ilmu-ilmu manusia yang bersifat empiris tersebut, seperti apakah esensi dari manusia? Siapa itu manusia, dan bagaimana kedudukannya di alam semesta ini? Apa yang menjadi makna dari hidup manusia? Apa tujuan hidup manusia? Apa yang harus dilakukan manusia untuk menjaga dan mengembangkan kehidupan diri dan dunianya? Masih banyak pertanyaan lainnya yang tidak disentuh oleh psikologi, antropologi, ataupun sosiologi.
Ciri Filsafat Manusia
Ciri utama dari filsafat manusia adalah pendekatannya yang sekaligus meluas dan mendalam di dalam memahami manusia. Disebut mendalam, karena filsafat hendak mencari inti, akar, atau struktur dasar yang melandasi seluruh realitas manusia, baik yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, ataupun yang ada di dalam data-data ilmiah. Disebut meluas, karena filsafat manusia hendak memahami semua dimensi manusia dari sisinya yang paling mendasar, seperti manusia sebagai mahluk yang memiliki motivasi, kesadaran, kebebasan, agresi, dan sebagainya.
Manfaat Mempelajari Filsafat Manusia
Filsafat manusia menawarkan suatu bentuk pengetahuan yang luas, dalam, dan kritis tentang keseluruhan manusia. Pengetahuan semacam itu sekaligus memiliki manfaat teoritis dan praktis. Secara praktis, filsafat manusia mampu membantu kita membuat keputusan-keputusan praktis di dalam kehidupan sehari-hari dengan berbekal pengetahuan yang kita miliki tentang diri kita sendiri. Filsafat manusia juga dapat membantu memberikan makna pada apa yang tengah kita alami, menentukan tujuan hidup, dan sebagainya. Secara teoritis, filsafat manusia dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan. Filsafat manusia, pada akhirnya, dapat membuat kita semakin menyadari, betapa manusia adalah mahluk yang sangat rumit. Manusia adalah suatu enigma yang tak mungkin sepenuhnya bisa dipahami, bahkan oleh dirinya sendiri.
Metode Filsafat Manusia
Filsafat manusia tidak mau memberikan fakta-fakta baru tentang manusia, melainkan berusaha mencari pengetahuan yang lebih mendalam dari data-data yang telah banyak diketahui sebelumnya. Oleh karena itu, filsafat manusia lebih bersifat refleksif, yakni melihat diri sendiri dan melakukan olah pikir untuk mendapatkan pengetahuanya tentangnya. Filsafat manusia juga berkembang dengan metode dialektis, yakni melalui proses pengajuan jawaban dan pertanyaan, yang kemudian intensitas dan tingkat refleksinya terus berkembang.
sumber : Tim Dosen UPT-MKU Unika Widya Mandala, Diktat Filsafat Manusia, Surabaya, tidak dipublikasikan. Diktat kuliah kumpulan tim dosen MKU ini juga banyak mengacu pada catatan kuliah yang dibuat oleh A. Sudiarja di Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants for single moms